Selasa, 30 Maret 2021

Teater Meneroka Tubuh




Sabtu,  27 Maret 2021. Hatedu Semarang  “Meruah Ruang Tenggelam”  di Tambak Rejo, Tanjung Mas, Semarang Utara, Kota Semarang . Menampilkan  karya dari Teater Atmosfer Kendal  dan  Teater Gema UPGRIS yaitu “Meneroka Tubuh”  karya dari Setia Naka  Andrian.  Panggung teater ini,  tidak biasanya tampil di kampus atau tempat pertempuan penting untuk menjamu para penjabat besar. Panggung teater  yang  ditampilkan sangat sederhana dengan hiruk piruk perkampungan masyarakat, yang turut adil meramaikan teater tersebut.

Dengan alunan musik yang mendebarkan serta puisi yang mengiringi teater, seperti membawa kita ke masa lampau. Mereka memasuki panggung satu persatu dengan saling membawa kayu untuk dibentuk rumah, seorang diantara mereka membawa tangki drum. Menepati posisi masing-masing mereka membangun rumah dari kayu yang dibawa, lalu seseorang yang membawa  tangki drum memberikan manusia plastik agar dipasang di rumahmereka. Tak berselang lama muncul seorang penari dengan sayap plastik keemasan, serta muncul seseorang yang menjadi hewan, dan untuk terakhir muncul seorang  berkaos putih dengan melantunkan sepenggal puisi yang diucapkan dengan bermonolog.

Seorang  berkaos putih tadi memberi nama setiap rumah, mendatangi rumah pertama seorang berbaju putih “Kalau ini sebut saja PURBA” . lalu mereka yang membangun rumah mengikuti ucapan seorang  berbaju putih “PURBA.... PURBA... PURBA”, lalu seorang berkaos  putih pindah ke rumah kedua “Kalau ini sebut saja LELUHUR” mereka mengikuti ucapan si baju putih “LELUHUR... LELUHUR... LELUHUR”, dan seorang berkaos putih pergi ke rumah terakhir “kalau ini sebut saja ALIEN” hingga mereka mengulangi perkataan seorang  berkaos  putih “ALIEN... ALIEN.... ALIEN”. Tiba-tiba sang penari, hewan, dan mereka yang memabangun rumah pergi menyisahkan seorang berkaos putih. Hingga alunan musik mulai mencekam membuat seorang berkaos putih itu waspada terhadap keadaan sekitar, tetapi seorang berkaos putih tiba-tiba membukukan badannya dengan tangannya menyerupai belalai hewan, lalu berputar sebanyak tiga kali.  Tak berselang lama lampu panggung mati menjadi gelap gulita, dan datang enam orang memasuki panggung dengan membawa senter untuk menyorot dan mengunci seorang berakos putih dengan membentuk separuh lingkaran, kemudian datang kembali sang penari sayap datang membawa empat batang api di masing-masing tangan kanan dan kiri membuat penonton yang melihat hal tersebut di buat terkejud, dan kagum. Lalu sang penari memberikan delapan batang api kepada seorang berkaos putih.

Seorang berkaos putih mengambil delapan batang api yang diberikan sang penari, dan meletakkan delapan batang api tersebut ke tanah. Seorang berkaos putih kembali bermonolog “ Ajari aku jadi kekalahan....  yang  tak pernah dihabisi waktu, aku tak yakin jika suatu saat nanti aku akan menemukanmu dalam hidup-hidup atau dalam keadaan yang sangat mati”. Seorang berkaos putih itu menunduk hingga sang penari kembali keatas panggung dengan mereka pembuat  rumah. seorang berkaos putih dan sang penari berjungkir balik dan mereka pembuat rumah duduk bersimpuh. Sang penari berucap “Tiada lagi kegagalan”. Lalu seorang berkaos putih dan mereka pembuat rumah saling menjawab “Tiada lagi kematian kalian akan hidup abadi dan dunia sengsara, dunia yang dipikirkan dalam kehidupan semena-mena. Kehidupan lama dimatikan, diputus dari rantai sejarah manusia. Riwayat panjang yang tak banyak mengingatkan tatap muka”. Lalu seorangberkaos putih kembali dari jungkir baliknya dan berdiri dengan sedikit gerakan tarian sambil berucap “ Aku tubuh manusia itu. Aku peninggalan tubuh masa lalu, peinggalan terburuk dalam sejarah panjang, sejarah yang tak banyak bincangan kalian, kami sempat bersinar pada kampung halaman , pada punggung camar, padda tubuh-tubuh dan alam pikiran, namun.... Namun hutan semakin lebat, pohon-pohon tumbuh segar dan hijau, kami tak sanggup hidup lagi rumah kami roboh.... rumah kami roboh...”

Hingga bunyi suara gemuruh dan menyebabkan rumah mereka roboh hingga seorang berkaos putih, sang penari, dan mereka pembuat rumah saling berteriak “rumah kami roboh.... rumah kami roboh... rumah kami roboh...” . rumah yang dibangun tersebut roboh menyebabkan mereka semua terjatuh terkulai lemas. Hingga seorang berkaos putih dan sang penari bangkit dengan tawa mereka “ Ha... ha... ha... ha.. aku sumber kegagalanmu petaka yang kau ciptakan di luar ingatanmu, seperti waktu terbalik dari jarum jam melengkung mengitari ruas dagangku ha..ha...ha..ha..”

Dalam teater “Meneroka Tubuh”  kita seperti dibuat bertanya-tanya oleh cerita yang dibawakan oleh para pemeran, karena karya teater ini beda dari yang lain yang jalan ceritanya mudah di mengerti dan ditebak banyak orang, setelah melihat  para pemeran memerankan karakterya masing-masing kita harus jeli dalam mengartikan  gerakan tubuh yang disampaikan dan mendengar puisi yang bahasa sastranya sangat tinggi, karena dalam teater ini tidak ada dialog antar sesama tokoh. Dari tugas para pemeran yang membawa senter atau lampu sorot yang dibawa ke  panggung maksudnya cahaya dari timur seperti matahari yang terbit dari timur dan terbenam dari barat, yang artinya bangsa kita telah memiliki banyak budaya ketimuran dari aceh, tetapi kita tergerus oleh budaya barat. Serta api dalam teater tersebut maksudnya adalah bahwa bara api bisa membakar, memberi cahaya, dan memberi apa yang kita mau, tetapi kita sering kali lupa budaya dari timur yang harus kita kembangkan, karena kita sering latah dengan budaya sendiri misalnya wayang. Kita mengagapnya kuno, padahal banyak bangsa dari luar negeri datang ke negara kita hanya untuk belajar wayang, justru kita yang memiliki budaya asli sendiri malah menyepelekkan. Gerkan jungkir balik dalam teater tersebut adalah tentang kehidupan batin kita yang selalu mengikuti orag lain sehinga batin kita sering terbolak balik karena tidak memiliki pendirian tersendiri. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My reason drawing ✍️

Alasanku menggambar ✍️ Waktu kecil aku pernah ikut lomba menggambar di acara kantor bapak, tetapi aku kalah karena aku tidak bisa memp...