Minggu, 14 November 2021

My reason drawing ✍️

Alasanku menggambar ✍️
Waktu kecil aku pernah ikut lomba menggambar di acara kantor bapak, tetapi aku kalah karena aku tidak bisa mempadukan warna krayon. sejak saat itu aku benci apa itu menggambar aku benci soal seni, tetapi entah waktu sma kelas 2 akan menginjak kelas 3 sma aku menyukai menggambar aku menyukai hal berbau fiksi yang tak nyata, yang mungkin memang tak akan terjadi dalam hidupku, and yaps aku mulai menggambar karena aku memiliki waktu luang suasana hati yang baik serta saat itu aku menggagumi seseorang serta aku ingin belajar dari hal yang tak aku sukai sejak kecil, karena banyak orang yang meremehkanku bahwa aku memiliki tulisan jelek, pasti tanganku tidak memiliki bakat, dan aku ingin membuktikannya bahwa orang yang memiliki kekurangan pasti memiliki kelebihan, jika ingin berusaha melalui sebuah proses. seseorang yang sekarang juga sedang berjuang di kota lain memperjuangkan mimpinya. aku hanya kagum karena aku tau posisiku ada dimana tak mungkin aku yang ada di kedalaman laut berkaram dapat terlihat olehnya. maka dari itu aku menuangkannya kedalam gambar apa yang aku rasakan aku poles dengan pensil. dan untuk kamu, makasih telah datang dalam hidupku bertemu denganmu aku bersyukur. sampai jumpa di titik terbaik menurut takdir. kenapa aku tidak membuat bisnis sketsa wajah? karena aku masih amatiran masih belajar, belum seperti pelukis yang lainnya. makannya belum mantap untuk mengambil bisnis sketsa apalagi bisnis sketsa dengan patokan waktu rasanya seperti lari marathon, dan aku tidak menyukainya. menggambar belajar dari autodidak atau les ? aku belajar gambar autodidak dari pengamatan yang aku lihat, suasana hati yang mendukung membuatku dapat bisa menggambar sedikit demi sedikit. satu gambar selesai berapa jam atau berapa hari ? tergantung, jika memiliki waktu luang lebih dan suasana hati baik 3 jam atau 4 jam selesai jika sibuk mungkin 1 bulan. kekuranganku dalam menggambar ? aku masih butuh objek yang di gambar dan aku belum bisa menggambar sesuai ekspetasi yang ada dalam otakku sendiri. kenapa tidak ambil kelas seni ? sebenarnya ingin jika ada waktu luang ikut beberapa kelas seni di luar, jika wakunya memungkinkan. tapi untuk kuliah seni aku tidak di perbolehkan orang tuaku.

Senin, 23 Agustus 2021

Utara & Selatan

Kau tau
 Aku banyak menepis soal rasa 
Bahkan tak percaya akan harapan
 Hingga waktu mempertemukan 
Lewat sepasang mata 

Tapi aku menepisnya
 Mengganggap semuanya hanya kebetulan 
Yang tak disengaja 
Karena aku sadar tak mungkin aku yang di dalam laut yang gelap, dan tak terlihat 
Dapat menaklukan permata yang di incar banyak orang 

Aku memang tak memiliki keberanian
 Hanya melihatmu dari kejauhan
 Bibirku terasa kelu untuk memanggilmu 
 Jantungku tersentak sangat mendengar namamu 
Mataku, tak berani menatapmu 
Bahkan saat kau menghalangiku, memanggil namaku kakiku kram tak mau bergerak 

Hingga akhirnya, aku menyerah pada sang waktu 
Mengakui bahwa aku jatuh sejatuhnya 
Dalam pesonamu 
Dan berharap akan sebuah KISAH

 Yang akan menghantarku pada sepotong kebahagian denganmu 
Menepis semua rasa trauma yang ada
 Aku senang saat kau melahap salad buah sampai tandas, tanpa protes akan rasanya 
Menikmati waktu bersama hingga senja di pantai 
Duduk berdua memutar film  dengan candaan di setiap obrolan yang sederhana
 Berjalan searah tanpa menghiraukan panas dan hujan
 Bahkan pesan singkatmu yang mengganggu tidurku tengah malam 
Dan jaketku yang menghangatkanmu di dinginnya malam 

Semua berjalan baik 
Hingga Sang waktu tak memihak kita 
Menghantarkan pada sebuah perpisahan 
Tanpa ucapan Selamat Tinggal 

Kenangan di setiap sudut kota
 Masih terasa jelas  membekas di ingatanku 
Dengan senyum getir 
Yang ku utarakan pada setiap jejak

 Kini kita berlawanan, bukan searah
 Saat aku melewatimu 
Tidak ada yang menghalangiku 
Bahkan memanggil namaku 
Ataupun menahanku
 Hanya tatapan mata yang berbicara 
Seolah hanya angin lalu
 Tanpa melihat ke belakang 
Untuk mencuri pandangan seperti dulu 

Kita hanya sepasang manusia asing
 Yang sedang melupa
 Menemukan kebahagiaan dan kesibukan tersendiri 

 Serta memperjuangkan impian masing-masing 
Di tengah hiruk piruk kota orang 
Hingga hanya bisa berharap keajaiban Tuhan
 Sampai jumpa di titik terbaik menurut takdir :)

Senin, 16 Agustus 2021

Garis Takdir


Garis takdir yang dituliskan untuk menemani

Entah dalam keadaan bahagia atau sedih 

Hingga ditentukan untuk merasakan indahnya jatuh cinta dahulu atau sakitnya ajal dengan keadaan yang sulit diterka 

Kemungkinan yang kau harapankan bisa berubah seiring waktu, tanpa kau sadari

Bahkan pertemuan yang kau anggap takdir saja bisa  hanya sebuah kebetulan bukan ?

Memang tuhan berkuasa dalam langkah yang sempat bersama, tetapi bukankah tuhan tidak akan pernah salah dalam mempertemukan dan memisahkan ?

Hingga kau sadari waktu yang membersamai perlu kau syukuri, dan nikmati

Sebelum jarak membentang untuk memisahkan bukan mengisahkan dalam indahnya "Pertemuan".


Wonosobo, Agustus 2021

Selasa, 30 Maret 2021

Teater Meneroka Tubuh




Sabtu,  27 Maret 2021. Hatedu Semarang  “Meruah Ruang Tenggelam”  di Tambak Rejo, Tanjung Mas, Semarang Utara, Kota Semarang . Menampilkan  karya dari Teater Atmosfer Kendal  dan  Teater Gema UPGRIS yaitu “Meneroka Tubuh”  karya dari Setia Naka  Andrian.  Panggung teater ini,  tidak biasanya tampil di kampus atau tempat pertempuan penting untuk menjamu para penjabat besar. Panggung teater  yang  ditampilkan sangat sederhana dengan hiruk piruk perkampungan masyarakat, yang turut adil meramaikan teater tersebut.

Dengan alunan musik yang mendebarkan serta puisi yang mengiringi teater, seperti membawa kita ke masa lampau. Mereka memasuki panggung satu persatu dengan saling membawa kayu untuk dibentuk rumah, seorang diantara mereka membawa tangki drum. Menepati posisi masing-masing mereka membangun rumah dari kayu yang dibawa, lalu seseorang yang membawa  tangki drum memberikan manusia plastik agar dipasang di rumahmereka. Tak berselang lama muncul seorang penari dengan sayap plastik keemasan, serta muncul seseorang yang menjadi hewan, dan untuk terakhir muncul seorang  berkaos putih dengan melantunkan sepenggal puisi yang diucapkan dengan bermonolog.

Seorang  berkaos putih tadi memberi nama setiap rumah, mendatangi rumah pertama seorang berbaju putih “Kalau ini sebut saja PURBA” . lalu mereka yang membangun rumah mengikuti ucapan seorang  berbaju putih “PURBA.... PURBA... PURBA”, lalu seorang berkaos  putih pindah ke rumah kedua “Kalau ini sebut saja LELUHUR” mereka mengikuti ucapan si baju putih “LELUHUR... LELUHUR... LELUHUR”, dan seorang berkaos putih pergi ke rumah terakhir “kalau ini sebut saja ALIEN” hingga mereka mengulangi perkataan seorang  berkaos  putih “ALIEN... ALIEN.... ALIEN”. Tiba-tiba sang penari, hewan, dan mereka yang memabangun rumah pergi menyisahkan seorang berkaos putih. Hingga alunan musik mulai mencekam membuat seorang berkaos putih itu waspada terhadap keadaan sekitar, tetapi seorang berkaos putih tiba-tiba membukukan badannya dengan tangannya menyerupai belalai hewan, lalu berputar sebanyak tiga kali.  Tak berselang lama lampu panggung mati menjadi gelap gulita, dan datang enam orang memasuki panggung dengan membawa senter untuk menyorot dan mengunci seorang berakos putih dengan membentuk separuh lingkaran, kemudian datang kembali sang penari sayap datang membawa empat batang api di masing-masing tangan kanan dan kiri membuat penonton yang melihat hal tersebut di buat terkejud, dan kagum. Lalu sang penari memberikan delapan batang api kepada seorang berkaos putih.

Seorang berkaos putih mengambil delapan batang api yang diberikan sang penari, dan meletakkan delapan batang api tersebut ke tanah. Seorang berkaos putih kembali bermonolog “ Ajari aku jadi kekalahan....  yang  tak pernah dihabisi waktu, aku tak yakin jika suatu saat nanti aku akan menemukanmu dalam hidup-hidup atau dalam keadaan yang sangat mati”. Seorang berkaos putih itu menunduk hingga sang penari kembali keatas panggung dengan mereka pembuat  rumah. seorang berkaos putih dan sang penari berjungkir balik dan mereka pembuat rumah duduk bersimpuh. Sang penari berucap “Tiada lagi kegagalan”. Lalu seorang berkaos putih dan mereka pembuat rumah saling menjawab “Tiada lagi kematian kalian akan hidup abadi dan dunia sengsara, dunia yang dipikirkan dalam kehidupan semena-mena. Kehidupan lama dimatikan, diputus dari rantai sejarah manusia. Riwayat panjang yang tak banyak mengingatkan tatap muka”. Lalu seorangberkaos putih kembali dari jungkir baliknya dan berdiri dengan sedikit gerakan tarian sambil berucap “ Aku tubuh manusia itu. Aku peninggalan tubuh masa lalu, peinggalan terburuk dalam sejarah panjang, sejarah yang tak banyak bincangan kalian, kami sempat bersinar pada kampung halaman , pada punggung camar, padda tubuh-tubuh dan alam pikiran, namun.... Namun hutan semakin lebat, pohon-pohon tumbuh segar dan hijau, kami tak sanggup hidup lagi rumah kami roboh.... rumah kami roboh...”

Hingga bunyi suara gemuruh dan menyebabkan rumah mereka roboh hingga seorang berkaos putih, sang penari, dan mereka pembuat rumah saling berteriak “rumah kami roboh.... rumah kami roboh... rumah kami roboh...” . rumah yang dibangun tersebut roboh menyebabkan mereka semua terjatuh terkulai lemas. Hingga seorang berkaos putih dan sang penari bangkit dengan tawa mereka “ Ha... ha... ha... ha.. aku sumber kegagalanmu petaka yang kau ciptakan di luar ingatanmu, seperti waktu terbalik dari jarum jam melengkung mengitari ruas dagangku ha..ha...ha..ha..”

Dalam teater “Meneroka Tubuh”  kita seperti dibuat bertanya-tanya oleh cerita yang dibawakan oleh para pemeran, karena karya teater ini beda dari yang lain yang jalan ceritanya mudah di mengerti dan ditebak banyak orang, setelah melihat  para pemeran memerankan karakterya masing-masing kita harus jeli dalam mengartikan  gerakan tubuh yang disampaikan dan mendengar puisi yang bahasa sastranya sangat tinggi, karena dalam teater ini tidak ada dialog antar sesama tokoh. Dari tugas para pemeran yang membawa senter atau lampu sorot yang dibawa ke  panggung maksudnya cahaya dari timur seperti matahari yang terbit dari timur dan terbenam dari barat, yang artinya bangsa kita telah memiliki banyak budaya ketimuran dari aceh, tetapi kita tergerus oleh budaya barat. Serta api dalam teater tersebut maksudnya adalah bahwa bara api bisa membakar, memberi cahaya, dan memberi apa yang kita mau, tetapi kita sering kali lupa budaya dari timur yang harus kita kembangkan, karena kita sering latah dengan budaya sendiri misalnya wayang. Kita mengagapnya kuno, padahal banyak bangsa dari luar negeri datang ke negara kita hanya untuk belajar wayang, justru kita yang memiliki budaya asli sendiri malah menyepelekkan. Gerkan jungkir balik dalam teater tersebut adalah tentang kehidupan batin kita yang selalu mengikuti orag lain sehinga batin kita sering terbolak balik karena tidak memiliki pendirian tersendiri. 


My reason drawing ✍️

Alasanku menggambar ✍️ Waktu kecil aku pernah ikut lomba menggambar di acara kantor bapak, tetapi aku kalah karena aku tidak bisa memp...